Literasi tidak hanya berperan sebagai sarana mencerdaskan kehidupan bangsa, tetapi juga sebagai alat diplomasi yang ampuh untuk memperkuat pengaruh Indonesia di dunia internasional. Peningkatan distribusi dan pembacaan produk literasi Indonesia di kancah global tidak hanya memperkenalkan kekayaan budaya dan pengetahuan bangsa, tetapi juga memperkuat pengaruh Indonesia secara global.
Yayasan 17.000 Pulau Imaji: Misi dan Visi
Sejak didirikan di tahun 2020, Yayasan 17.000 Pulau Imaji telah berkomitmen untuk ikut serta dalam upaya internasionalisasi sastra Indonesia, melalui festival tahunan Jakarta Content Week (Jaktent). Selama empat tahun terakhir, festival ini menjadi platform bagi komunitas literasi, mulai dari penulis, penerbit sampai illustrator, dari berbagai negara untuk bertukar pengalaman dan berkolaborasi, dengan tujuan jangka panjang menjadikan Jakarta sebagai hub literasi di Asia Tenggara.
Potensi Indonesia Sebagai Hub Literasi
Indonesia memiliki sekitar 8.969 penerbit dan 178.173 perpustakaan yang tersebar di berbagai daerah, dengan rata-rata 30.000 judul buku terbit setiap tahun. Jumlah ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara tetangga, menunjukkan potensi besar Indonesia sebagai pusat produksi dan distribusi literasi di kawasan Asia Tenggara. Selain itu, kesamaan isu yang dihadapi negara-negara Asia Tenggara, seperti sejarah kolonialisme, kemaritiman, masyarakat adat, dan lingkungan hidup, menjadi perekat yang kuat untuk menghubungkan dunia literasi di kawasan ini.
Diskusi Terpumpun: Strategi dan Rencana Aksi
Untuk memaksimalkan potensi tersebut, Yayasan 17.000 Pulau Imaji mengadakan dua sesi diskusi terpumpun yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan di dunia literasi. Sesi pertama membahas strategi pemetaan potensi Indonesia sebagai hub literasi di Asia Tenggara, dengan pembicara dari Badan Bahasa, Yayasan Lontar, dan Frankfurt Book Fair. Diskusi ini menggarisbawahi pentingnya dukungan pemerintah dan pelaku perbukuan dalam negeri untuk upaya promosi yang berkelanjutan, serta pentingnya kolaborasi dengan pelaku budaya internasional.
Sesi kedua membahas rencana aksi konkret untuk mencapai tujuan tersebut, dengan pembicara dari Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta, Mentari Group, dan Direktorat Jenderal Kebudayaan – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Diskusi ini menghasilkan berbagai rekomendasi penting, termasuk perlunya upaya internasionalisasi sastra yang lebih serius, termasuk di dalamnya program penerjemahan dan pembentukan jejaring internasional yang kuat.
Rekomendasi Strategi dan Rencana Aksi
1. Dukungan Pemerintah: Pembentukan badan perbukuan khusus untuk diplomasi budaya dan promosi literasi Indonesia secara berkelanjutan.
2. Program Penerjemahan: Meningkatkan akses terhadap karya literasi Indonesia melalui program penerjemahan yang mendukung penerbit mancanegara.
3. Jejaring Internasional: Membuka akses dan mendukung pelaku literasi Indonesia untuk hadir di berbagai agenda strategis internasional.
4. Representasi Global: Memperkuat representasi Indonesia di perhelatan literasi dunia dengan dukungan penuh dari pemerintah dan pelaku literasi.
5. Program Literasi Strategis: Menyelenggarakan program literasi yang menarik pelaku literasi dunia ke Indonesia, untuk memperkuat ekosistem literasi dalam negeri.
6. Isu Relevan: Mengangkat isu-isu yang relevan dengan situasi saat ini dan memiliki keterhubungan erat antar negara di Asia Tenggara.
7. Konsorsium Literasi: Menginisiasi pembentukan konsorsium antar penerbit, penerjemah, agen sastra, dan profesi literasi lainnya di Asia Tenggara.
Kesimpulan
Dengan strategi dan rencana aksi yang komprehensif, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadikan Jakarta sebagai hub literasi di Asia Tenggara. Rangkaian acara Jakarta Content Week 2024, akan dimulai di bulan Agustus 2024, dengan tema Sinergitas Asia Tenggara. Diharapkan, acara yang akan berlangsung selama 3 hari, dari 9 – 11 Agustus 2024 ini, akan menjadi langkah nyata untuk membuka ruang kerjasama dan kolaborasi lintas negara, memperkuat ekosistem literasi, dan mengangkat potensi literasi Indonesia ke panggung internasional, khususnya di Asia Tenggara. Dukungan dari semua pihak, termasuk pemerintah, pelaku industri penerbitan, dan pembaca buku, sangat dibutuhkan untuk mencapai tujuan ini.
